Langsung ke konten utama

Serat Kisi Bragg (Fiber Bragg Grating)

Serat kisi Bragg diterjemahkan dari frase bahasa Inggris yakni Fiber Bragg Grating atau disingkat dengan FBG. FBG ini banyak digunakan sebagai sensor, selain sebagai filter optik. Sensor sendiri didefinisikan sebagai peranti (device) yang mengukur suatu kuantitas fisis dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dibaca oleh instrumen [1].
Bentuk fisik dari Serat Kisi Bragg (Fiber Bragg Grating)
Pada FBG, parameter fisis yang dapat diukur diantaranya adalah sebagai berikut:
  • Regangan mekanis (mechanical strain)
  • Temperatur
  • Kelembaban
  • Konsentrasi kimia
  • Gaya
  • Medan listrik
  • Medan magnetik
  • Indeks bias
  • Parameter fisis ini terus bertambah dan menjadi topik riset yang sangat menarik, misalnya ada peneliti yang menggunakan FBG sebagai sensor intensitas radiasi nuklir
Dikarenakan parameter fisis yang cukup luas tersebut, saat ini FBG banyak diteliti dan dikembangkan oleh ilmuwan Internasional, termasuk ilmuwan Indonesia. Hal ini terbukti ketika mengetikkan "Fiber Bragg Grating Sensor" pada situs sciencedirect.com, maka pertanggal 19 Desember 2019 terdapat 3.899 judul artikel riset (research article) dan jumlahnya relatif terus meningkat setiap tahun  [2].

Jika dibandingkan dengan sepuluh tahun ke belakang, maka jumlah penelitian tentang sensor FBG meningkat sebanyak 4 kali lipat. Jika peningkatan ini bersifat sama untuk 10 tahun kedepan, maka di tahun 2029 akan ada 2.560 artikel riset tentang sensor FBG  di situs sciencedirect.com saja. Padahal situs direktori artikel riset ada cukup banyak seperti IEEE, Springer, Nature, Science, dll.

Data ini diambil dari situs sciencedirect.com pada tanggal 19 Desember 2019
Dari semakin banyaknya riset tentang sensor FBG, mungkin timbul pertanyaan "Apa keistimewaan dari sensor FBG sehingga semakin banyak orang yang meneliti hal tersebut?".

Secara definitif, FBG adalah serat optik dengan indeks bias yang berubah secara periodik akibat kisi (grating) yang diletakkan dengan jarak tertentu. Pada umumnya, fiber optik yang didoping unsur germanium adalah bahan dasar dalam memfabrikasi FBG. Hal ini disebabkan oleh serat optik tersebut bersifat fotosensitif, yakni indeks bias dari inti dapat berubah dengan pemaparan sinar ultraviolet (UV) yang cukup besar/intens. Panjang gelombang UV yang digunakan untuk memfabrikasi FBG adalah 248 nm dan 193 nm. Dimana panjang gelombang 248 nm dihasilkan oleh laser KrF dan panjang gelombang 193 nm dihasilkan oleh laser ArF.

Gambar berikut menunjukkan skema dari FBG, dimana FBG bertindak seperti penyaring (filter) optik yakni memantulkan panjang gelombang pusat atau panjang gelombang Bragg dan mentransmisikan sisanya.

Interpretasi diagram dari struktur FBG dan spektrum cahaya yang melewati FBG
Jika jarak antar kisinya bernilai sama atau seragam maka disebut dengan FBG seragam (uniform FBG), jika jarak kisinya lebih besar (lebih dari 100 Î¼m) maka disebut dengan Long Period FBG, namun jika jaraknya seragam dan posisi kisinya miring maka disebut dengan tilted FBG. Terdapat FBG jenis lainnya seperti chirped FBG yang jarak antar kisinya semakin membesar, phase shifted FBG jika jarak antar kisinya dibuat agar dapat menggeser fase gelombang cahaya sebesar pi (Ï€), superstructure FBG jika jarak antar kisinya memiliki pola tertentu. Perbedaan antara berbagai struktur FBG ini ditunjukkan oleh gambar berikut:
Jenis-jenis FBG berdasarkan struktur kisinya (a) Uniform (b) Long Period (c) Tilted (d) Chirped (e) Phase Shifted (f) Superstructure 
Mengapa FBG dapat memantulkan panjang gelombang tertentu (disebut juga sebagai panjang gelombang Bragg) dan mentransmisikan/meneruskan panjang gelombang yang lain? Jawabannya adalah karena terdapat kisi/grating di dalam bagian inti seratnya. Kisi tersebut memiliki pola jarak yang periodik. Ketika cahaya mengenai bagian kisi tersebut, maka terjadilah hamburan yang disebut dengan efek Bragg. Panjang gelombang Bragg (λB) bergantung pada periode kisi (É…) dan sifat pemanduan dari FBG tersebut seperti indeks bias efektif (neff). Secara matematis hal ini dirumuskan sebagai:

λ= 2neffɅ

Kedua parameter tersebut (neff dan É…) berhubungan secara proporsional dengan variabel fisis seperti temperatur (T), regangan (L), dan perubahan panjang gelombang (Δλ). Secara matematis, hubungan ini memiliki persamaan:



FBG bertindak sebagai sensor ketika perubahan parameter fisis tersebut dapat menggeser panjang gelombang Bragg (ΔλB). Dibuat pertama kali oleh ilmuwan pada tahun 1978, adapun fitur-fitur dari sensor FBG diantaranya adalah:
  • Dapat diaplikasikan untuk mengukur cukup banyak fenomena fisis seperti yang telah dijelaskan sebelumnya (regangan mekanis, temperatur, kelembaban, konsentrasi, dan indeks bias)
  • Harganya relatif murah, 1 buah FBG memiliki harga Rp. 288.000 yang dapat Anda beli di toko online.
  • Akurasi dan sensititivitas yang tinggi
  • Mudah dimultipleksing
  • Pengukuran dapat dilakukan secara langsung (real time)
  • Rugi transmisi yang rendah (dapat digunakan hingga beberapa kilometer)
  • Waktu respon yang cepat
  • Aman digunakan pada lingkungan yang keras seperti lingkungan yang mudah meledak (explosive environment), temperatur tinggi (hingga 1000 derajat Celcius), digunakan dalam air atau bawah tanah hingga digunakan dalam daerah bencana 
  • Luaran yang dihasilkan bersifat linier
  • Tidak terpengaruh interferensi medan elektromagnetik
Dengan fitur yang cukup banyak tersebut maka tidaklah mengherankan jika semakin banyak peneliti yang melakukan riset tentang penggunaan FBG sebagai sensor.

Lantas bagaimana prinsip kerja dari digunakannya FBG sebagai sensor? Prinsip kerja dari sensor FBG adalah pengukuran panjang gelombang Bragg yang dipantulkan, Dalam sistem sensor, FBG diletakkan di "tengah" atau pada posisi "proses". Yang bertindak sebagai masukan adalah laser dan luarannya adalah spektrometer atau Optical Spectrum Analyzer (OSA).

Parameter yang diukur oleh FBG tidak hanya panjang gelombang Bragg saja, melainkan dapat berupa lebar pita celah (Full Width Half Maximum atau FWHM), maupun daya optik.






Referensi:
[1] Daud, S. and Ali, J., 2018. Fibre Bragg grating and no-core fibre sensors. Springer.
[2] Sciencedirect.com https://www.sciencedirect.com/search/advanced?qs=fiber%20bragg%20grating%20sensor . Diakses pada 19 Desember 2019.
[3] Raghuwanshi, S.K. and Srivastav, A., 2017. Review of microwave photonics technique to generate the microwave signal by using photonics technology. Journal of Optical Communications, 39(1), pp.25-35.

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. permisi, saya ingin menanyakan untuk mendapatkan fiber bragg gratting bisa beli dimana ya? untuk link toko onlinenya sudah tidak bisa, terima kasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggunaan Fiber Bragg Grating (FBG) sebagai Sensor Temperatur

Fiber Bragg Grating (FBG) telah menjadi device (peranti) yang sangat bermanfaat dan penting dalam proses sensing dan teknologi komunikasi. Pada artikel ini akan dibahas realisasi FBG sebagai sensor temperatur. a. FBG sebagai sensor temperatur ruangan ( indoor ) Set up eksperimen untuk aplikasi FBG sebagai sensor temperatur ruangan terdiri dari FBG, tunable light source (TLS), dan Optical Spectrum Analyzer  (OSA). Diagram skematiknya adalah sebagai berikut: Diagram skematik dari aplikasi FBG sebagai sensor ruangan Namun dalam realisasinya, penggunaan FBG sebagai temperatur ruang tidaklah praktis. Namun kepraktisan FBG dapat terlihat pada pengukuran temperatur cairan. Dengan FBG, maka perubahan temperatur cairan hingga 200 o C dapat diukur.  Set up eksperimen dari aplikasi FBG sebagai sensor temperatur  cairan terdiri dari FBG, tunable light source (TLS), optical spectrum analyzer (OSA), hot plate (untuk tujuan pemanasan), termometer merkuri (sebagai alat ukur referensi), dan g

Parameter-Parameter Serat Kisi Bragg (Fiber Bragg Grating)

FBG dengan jenis kisi yang berjarak sama atau seragam ( Uniform FBG) Selain parameter panjang gelombang pusat atau panjang gelombang Bragg seperti yang telah dijelaskan di artikel sebelumnya . FBG memiliki parameter lain seperti lebar pita ( bandwidth ) dan reflektivitas yang turut menentukan kinerja dari FBG sebagai sensor. Pada pembahasan kali ini akan dibahas lebih detail mengenai ketiga parameter tersebut. Namun untuk menyederhanakan analisis, jenis FBG yang dipakai adalah FBG seragam ( uniform FBG ), untuk jenis lainnya seperti Long Period FBG, Tilted FBG, Chirped FBG, Phase Shifted FBG, dan Superstructure FBG membutuhkan penyesuaian dan koreksi lebih lanjut.  1. Panjang gelombang Bragg Gambar diatas menunjukkan diagram skematik dari FBG yang diperbesar. Berdasarkan skema tersebut,  k 1   adalah vektor panjang gelombang yang ditransmisikan,  k 2  adalah vektor panjang gelombang yang dipantulkan, dan K  adalah momentum kisi yang secara matematis memenuhi persamaan K =

Teori Moda Terkopel (Coupled Mode Theory)

Teori Moda Terkopel ( Coupled Mode Theory ) Teori moda terkopel adalah salah satu metode yang umum digunakan untuk menganalisis perambatan cahaya dalam pandu gelombang yang ada gangguannya (termasuk FBG ). Ide dasarnya adalah moda dari pandu gelombang yang tidak terganggu diselesaikan terlebih dahulu. Kombinasi kinear dari metode ini didefinisikan dan digunakan sebagai solusi percobaan pada persamaan Maxwell. Kemudian barulah digunakan untuk menyelesaikan pada struktur pandu gelombang yang ada gangguannya [1]. Yang ingin diperoleh dari teknik ini adalah informasi kuantitatif dari perlukau FBG seperti efisiensi difraksi FBF dan ketergantungan spektral dari kisi. Referensi: [1] Daud, S. and Ali, J., 2018. Fibre Bragg grating and no-core fibre sensors. Springer.