Langsung ke konten utama

Serat Optik - Material dan Proses Pembuatan (Drawing)

Serat optik untuk komunikasi telah berkembang dari prediksi awal dengan rugi transimisi sebesar beberapa desibel per kilometer hingga nilai finalnya yang hanya 0.2 dB/km. Alasan dibalik rugi transmisi yang rendah adalah beberapa sifat material yang tak disengaja. Pita celah dari material fused silica terletak pada nilai sekitar 9 eV, sementara resonansi vibrasi inframerah memproduksi panjang gelombang 2 μm. Hamburan Rayleigh adalah mekanisme rugi transmisi yang dominan dengan karakteristik ketergantungan λ4 dalam gelas fiber mengindikasikan homogenitas yang hampir sempurna dari material. 

Penampang melintang dari serat optik dengan profil indeks bias. Pada umumnya perbedaan dari indeks bias core-cladding untuk serat optik moda tunggal pada panjang gelombang 1,5 μm adalah ~4,5 x 10-3 dengan jari-jari inti sebesar 4 um.

Profil indeks bias dari serat optik ditunjukkan oleh gambar diatas. Daerah inti (core) memiliki indeks bias yang lebih tinggi dibandingkan material cladding sekitarnya, yang biasanya terbuat dari silika. Akibatnya cahaya menjadi terperangkap di dalam inti dengan mekanisme pemantulan internal sempurna (total internal reflection) pada batas inti-cladding dan memungkinkan untuk merambat pada puluhan kilometer dengan atenuasi yang rendah pada panjang gelombang 1550 nm.

Salah satu unsur yang paling umum digunakan sebagai dopant bagian inti adalah germanium, termasuk pada grup IVA sebagaimana silikon dan menggantikan atom silikon yang berada dalam struktur tetrahedron, berkoordinasi dengan 4 atom hidrogen. 

Unsur germanium murni memiliki pita sisi sekitar 185 nm. Terpisah dari kontribusi material murni tersebut, yang merupakan batas fundamental dari karakteristik atenuasi dalam pandu gelombang, terdapat rugi absorbsi yang signifikan dari kehadiran pengotor. Ion OH- memiliki absorbsi inframerah pada panjang gelomang 1,37, 0,95 , dan 0,725 μm.

Kehadiran unsur fosfor dalam senyawa P2O5 pada silika meskipun dalam jumlah yang kecil (~0,1%) dapat mengurangi titik lebur dari gelas secara signifikan, membuatnya menjadi lebih mudah untuk memfabrikasi sebagai serat optik. Fosfor juga digunakan sebagai unsur doping serat optik yang dikombinasikan dengan unsur tanah jarang seperti Ytterbium (Yb) dan Erbium (Er) untuk aplikasi sebagai amplifier fiber dan laser. Pada konsentrasi yang lebih tinggi ion tanah jarang akan mengelompok dalam germanium-doped silicate glasses. Pengelompokan menyebabkan interaksi ion-ion, yang mengurangi masa hidup keadaan tereksitasi. Bersamaan dengan alumunium (Al2O3 sebagai sebuah kodopan dalam silica) dalam inti, proses pengelompokan dapat sangat dikurangi, memungkinkan amplifier yang efisien untuk dibuat. Fosfor juga umum digunakan apda planar silica dalam fabrikasi pandu gelombang silika, hal ini dikarenakan fosfor dapat mengurangi temperatur pemrosesan dari pembuatan substrat.

Fluorin dan boron trivalen (sebagai B2O3) adalah dopant lain yang biasanya digunakan dalam serat optik silika yang didoping germanium. Perbedaan utama diantara germanium dan fluorin/boron adalah pada indeks bias yang semakin besar seiring meningkatnya konsentrasi dari germanium, namun pada boron/fluorin indeks biasnya semakin mengecil seiring dengan semakin besarnya konsentrasi. Dengan fluorin, hanya reduksi kecil dalam indeks bias yang mungkin (~0.1%), sementara boron memungkinkan reduksi indeks bias yang besar (>0.02). Boron juga mengubah topologi dari gelas menjadi trivalen. Boron dan germanium bersama-sama membuat perbedaan indeks bias yang rendah diantara inti dan cladding.

Kerapatan dari gelas yang didoping boron dapat berubah secara signifikan melalui proses annealing, yakni dengan mengubah temperatur pembuatan fiber. Preform dari serat optik yang didoping boron menunjukkan performa yang getas dan mudah pecah kecuali jika dihandle dengan ekstra hati-hati. Boron dengan doping germanium telah menunjukkan sifat fotosensitif yang sangat baik (excellent).

Referensi:
[1] Kashyap, R., 2009. Fiber bragg gratings. Academic press.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penggunaan Fiber Bragg Grating (FBG) sebagai Sensor Temperatur

Fiber Bragg Grating (FBG) telah menjadi device (peranti) yang sangat bermanfaat dan penting dalam proses sensing dan teknologi komunikasi. Pada artikel ini akan dibahas realisasi FBG sebagai sensor temperatur. a. FBG sebagai sensor temperatur ruangan ( indoor ) Set up eksperimen untuk aplikasi FBG sebagai sensor temperatur ruangan terdiri dari FBG, tunable light source (TLS), dan Optical Spectrum Analyzer  (OSA). Diagram skematiknya adalah sebagai berikut: Diagram skematik dari aplikasi FBG sebagai sensor ruangan Namun dalam realisasinya, penggunaan FBG sebagai temperatur ruang tidaklah praktis. Namun kepraktisan FBG dapat terlihat pada pengukuran temperatur cairan. Dengan FBG, maka perubahan temperatur cairan hingga 200 o C dapat diukur.  Set up eksperimen dari aplikasi FBG sebagai sensor temperatur  cairan terdiri dari FBG, tunable light source (TLS), optical spectrum analyzer (OSA), hot plate (untuk tujuan pemanasan), termometer merkuri (sebagai alat ukur referensi), dan g

Parameter-Parameter Serat Kisi Bragg (Fiber Bragg Grating)

FBG dengan jenis kisi yang berjarak sama atau seragam ( Uniform FBG) Selain parameter panjang gelombang pusat atau panjang gelombang Bragg seperti yang telah dijelaskan di artikel sebelumnya . FBG memiliki parameter lain seperti lebar pita ( bandwidth ) dan reflektivitas yang turut menentukan kinerja dari FBG sebagai sensor. Pada pembahasan kali ini akan dibahas lebih detail mengenai ketiga parameter tersebut. Namun untuk menyederhanakan analisis, jenis FBG yang dipakai adalah FBG seragam ( uniform FBG ), untuk jenis lainnya seperti Long Period FBG, Tilted FBG, Chirped FBG, Phase Shifted FBG, dan Superstructure FBG membutuhkan penyesuaian dan koreksi lebih lanjut.  1. Panjang gelombang Bragg Gambar diatas menunjukkan diagram skematik dari FBG yang diperbesar. Berdasarkan skema tersebut,  k 1   adalah vektor panjang gelombang yang ditransmisikan,  k 2  adalah vektor panjang gelombang yang dipantulkan, dan K  adalah momentum kisi yang secara matematis memenuhi persamaan K =

Teori Moda Terkopel (Coupled Mode Theory)

Teori Moda Terkopel ( Coupled Mode Theory ) Teori moda terkopel adalah salah satu metode yang umum digunakan untuk menganalisis perambatan cahaya dalam pandu gelombang yang ada gangguannya (termasuk FBG ). Ide dasarnya adalah moda dari pandu gelombang yang tidak terganggu diselesaikan terlebih dahulu. Kombinasi kinear dari metode ini didefinisikan dan digunakan sebagai solusi percobaan pada persamaan Maxwell. Kemudian barulah digunakan untuk menyelesaikan pada struktur pandu gelombang yang ada gangguannya [1]. Yang ingin diperoleh dari teknik ini adalah informasi kuantitatif dari perlukau FBG seperti efisiensi difraksi FBF dan ketergantungan spektral dari kisi. Referensi: [1] Daud, S. and Ali, J., 2018. Fibre Bragg grating and no-core fibre sensors. Springer.